3 Prinsip Hidup
3 Prinsip hidupku aku temukan pada
seorang anak laki-laki yang bernama Pani yang tinggal didekat rumahku, waktu
itu ........
Suara bising pekerja kuli di
samping gedung GSC Cabang Prabumulih, terdengar ngiang ditelingaku, sesaat
pulang dari membeli lauk makan malam hari itu. Sepintas terlihat bocah yang tak
asing lagi dimataku,
Photo By : Dede' Andriansyah |
“Pani”
kami memanggilnya. Dia terlihat sedang mengambil potongan-potongan besi dan
paku yang dia harap akan berubah menjadi sesuap nasi,
“Pani....!
Sedang apa kau disitu ?” Teriakku memanggilnya,
“Oh,
kak ! Saya sedang mencari besi-besi sisa disini”, jawab Pani
“Tapi ini sudah malam ? Besok kau
sekolahkan ?” tanya saya
“Tapi
saya sudah terbiasa dengan ini kak “ Jawab Pani
Tersibak
rasa sedih melihat Pani harus memulung pada malam hari, untuk mendapatkan
sesuap nasi esok pagi.
“Oh
ya Pan, kakak pulang dulu ya ? kakak harus mengantarkan lauk ini dulu“,
“Iya
kak” jawab Pani
Dengan
cepat aku meninggalkan Pani, berharap tidak membuat orangtuaku menunggu lama.
Suara ayam jantanpun terdengar
begitu keras pagi itu, seolah-olah dia memberi tahu kita bahwa sang surya telah
terbit. Aku bergegas untuk bersiap pergi kesekolah, ketika aku memasang sepatu
di teras rumahku, Pani melintas dengan wajah yang riang didepan rumahku, tak
tau apa yang ada dipikiran anak itu, tetapi yang jelas dalam pikiranku, anak
itu benar-benar anak yang kuat. Tak terbayang berapa jumlah keringat yang
keluar malam tadi, dan pagi ini tanpa satupun rautan wajah sedih, aku
melihatnya begitu riang, meskipun aku tahu hidupnya tergolong susah, yang
terpenting aku harus memikirkan kalau aku harus sekolah pagi itu, karena waktu
telah menunjukan pukul 06.30 WIB. Hari itu terasa begitu cepat, tak terasa bel
pulang telah berbunyi sore itu. Saat aku pulang, senyum kecil tercipta
diwajahku melihat Pani sudah berjalan dengan gerobak kesayangannya didepan
sekolahku, rasa penasaranku begitu besar terhadap Pani, ku ikuti pekerjaannya
sore itu, kala itu dia datang ketempat yang tampaknya baru terjadi pesta
ditempat itu, tetapi untungnya hanya Pani yang datang kesitu sebagai pemulung.
Lelah aku menunggunya mengumpulkan sampah plastik itu, setelah selesai aku terus
mengikutinya untuk menjual plastik-plastik itu kepengepul,
“3
kilo, 5 ons, Cuma Rp.3500,00 dek” ucap pengepul itu terhadap Pani,
“Alhamdulillah.....!”
jawab Pani,
Kudengar
Pani bersyukur, ya Allah takkusangka plastik-plastik yang ia kumpulkan itu, ternyata
hanya menghasilkan uang Rp.3500,00 saja. Aku berpikir, sanggup membeli apa Pani
dengan uang yang sedikit itu. Mungkin hidu Pani tidaklah seberuntung saya, aku
berpikir, apa yang dipikirkan orangtua Pani ? sehingga dia mau menyuruh Pani
menjadi pemulung di kampungku, Ya Allah, ya Rabb, semoga saja orangtua Pani
sadar, betapa susahnya Pani harus mencari rezeki untuk keluarganya. Akupun
pulang kerumah setelah aku mengikutinya sore itu, meskipun aku pulang agak
terlambat, tapi untunglah ibuku tidak memarahiku. Siang itu berubah menjadi
malam, setelah aku belajar saat itu, aku memutuskan untuk duduk didepan
rumahku, dengan ditemani teh panas dan Ukulele kesayanganku.
“grubuk....grubuk..grubuk.!
“ Terdengar jelas suara roda gerobak yang berjalan dengan tersandung batu,
lewat didepan rumahku dengan seorang gembala yang lagi-lagi itu Pani, terdiam
aku melihat Pani kembali memulung malam ini.
Aku juga pernah mengajak Pani makan
dirumahku, saat dia pulang untuk istirahat, aku memanggilnya,
“Pani,
kau diapanggil ibuku !” teriak aku memanggil Pani,
Dia
berjalan mendekat kerumahku,
“Ayo
makan dirumah kak dedek, Pan ?” sambut ibuku ketika Pani sampai didepan
rumahku,
Akupun
mulai menyiapkan piring dan lauk-lauk makan, yang akan kami makan, waktu itu.
Kamipun mulai bersama-sama menyantap hidangan yang telah ibuku masak waktu itu.
Akupun berhenti mengunyah, saat aku melihat Pani makan dengan lahap, aku
berpikir, wajar jika itu dilakukan Pani, sudah seharian dia bertarung dengan
panas terik Matahari untuk mencari rezeki. Ku rasa pani memanglah anak yang
kuat, diantara anak-anak lain yang ada di kampungku.
Semua peristiwa yang terjadi pada
Pani menimbulkan 3 prinsip dalam hidupku,
Pertama,
aku tidakkan pernah meremahkan hasil jerih payah oranglain, karena belum tentu
dia mendapatkannya dengan cara yang mudah.
Kedua,
aku harus terus berjuang meraih apa yang kucita-citakan meskipun aku harus
terus berjuang dengan susah untuk menggapainya, dan
Yang
Ketiga, aku harus tetap sadar dengan kemampuanku, karena belum tentu orang
lain, bahkan pemulungpun lebih lemah dari semua kekuatan yang aku miliki sampai
saat ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !